Rabu, 26 Januari 2011

Penyakit Yang Seing Muncul Pada Sapi


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Dunia peternakan khususnya sapi potong sangat menarik untuk dipelajari dan dikembangkan walaupun banyak tantangan dilapangan yang tidak mudah untuk dilampaui. Sapi potong sebagai salah satu penyumbang kebutuhan daging nasional sesuai dengan program yang dicanangkan pemerintah untuk mencukupi kebutuhan daging tahun 2010 dan rencana swasenbada daging tahun 2014 mempunyai nilai strategis dalam pengembangannya.
Budidaya sapi potong meliputi pemeliharaan mulai dari pedet sampai dijual, pemberian pakan, perkandangan, kebersihan lingkungan, pengenalan penyakit yang sering menyerang dan penanggulangannya. Program Kesehatan Kelompok Ternak (PKKT) merupakan program yang sangat mendukung usaha peternakan yang dapat dilaksanakan secara bersama-sama dengan penuh kesadaran dari setiap anggota kelompok untuk mencapai tujuan keberhasilan usaha ternak.
Sebagai tolok ukur keberhasilan dalam suatu usaha budidaya sapi potong ialah rendahnya angka kesakitan, rendahnya angka kematian, bertambahnya populasi ternak, tidak adanya penyakit-2 menular yang bersifat zoonosis.
B.Deskripsi Singkat
Mata Diklat ini membahas tentang :
Penyakit yang sering menyerang sapi potong baik pedet maupun sapi dewasa;
Factor penyebab;
Factor predesposisi;
Gejala klinis yang tampak;
Cara mendiagnosa;
Tindakan pengobatan,pencegahan dan pengendalian.
Biosecurity
C.Manfaat
Modul ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan peserta diklat sapi potong bagi penyuluh dan petugas teknis dilapangan sehingga terjadi keberhasilan dalam tugasnya untuk memberikan penyuluhan dan tindakan terhadap penanggulangan penyakit hewan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
BAB II
PENYAKIT DAN PENANGGULANGANNYA
A. Istilah – Istilah
1. Hewan Sehat : kondisi hewan dimana semua fungsi tubuh berjalan secara normal.
2. Gejala Klinis : tanda-2 suatu penyakit yang dapat ditentukan secara objektif, misalnya muntah, mencret, tidak mau makan dll.
3. Diagnose : suatu tindakan untuk menentukan suatu jenis penyakit berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium dll.
4. Pengobatan : tindakan untuk memberi obat pada ternak yang sakit dengan takaran tertentu dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit.
5. Pencegahan : tindakan penolakan suatu penyakit yang belum dikenal sebelumnya yang masuk wilayah bebas penyakit atau mencegah terinfeksinya suatu individu (ternak) terhadap suatu penyakit pada wilayah tercemar.
6. Pengendalian : tindakan pencegahan dalam suatu populasi yang besar
7. Pemberantasan : tindakan yang bertujuan untuk membebaskan suatu wilayah dari suatu agen penyakit.
B. Penyakit Dan Penanggulangannya.
1. White Scour / Colibacillosis
Penyebab : E.Coli, kebanyakan menyerang pedet sampai umur 3 minggu.
Gejala Klinis :
E.Coli yang bersifat enteropatogenik yang mengakibatkan diare dan yang bersifat septisemik menyebabkan sepsis dan kematian mendadak.
E.Coli yang bersifat septisemik tidak menyebabkan sakit pada pedet yang cukup mendapat kolostrum, namun yang bersifat enteropatogenik dapat menyebabkan sakit pada pedet karena membentuk koloni dalam usus.
Morbiditas 30%, mortalitas sampai 50%.
 Bentuk Toksemia :
• Hewan lemah
• Suhu tubuh sub normal
• Pulsus normal, tidak ada diare
• Koma
• Mati dalam 2 – 6 jam
 Bentuk Klasik :
• Diare profus, tinja berbentuk pasta atau sangat cair berwarna putih atau kuning dengan bau yang menusuk.
• Kadang ditemukan darah segar dalam tinja.
• Toksemia  napsu minum hilang
• Diare  dehidrasi, shock, kematian.
Diagnose :
• Pemeriksaan lab.
• Air susu yang diberikan.
Pengobatan :
• Antibiotika I.V / I.M 10 mg/kg BB
Pencegahan dan Pengendalian ;
• Sanitasi kandang, alat-2 dan lingkungan, hewan mati dikubur, alat-2 dibakar
• Vaksinasi induk atau pedet
• Kolostrum yang cukup pada pedet
• Untuk pedet yang sakit tidak diperkenankan memberi susu atau susu pengganti sampai pedet sembuh.

2. Salmonellosis
Penyebab :
Salmonella sp, dapat menyerang pedet yang berumur 2 minggu dan sapi dewasa,bersifat zoonosis.
Infeksi karena masuknya sapi baru, kuman bertahan dalam air tergenang sampai 9 bulan, pada sapi bunting menyebabkan keguguran.
Morbiditas 80%, mortalitas sampai 20%.
Gejala Klinis :
 Bentuk Septisemia :
• Hewan lemah
• Suhu tubuh diatas normal (40oC-42oC)
• Koma
• Mati dalam 24 - 48 jam
• Bila pedet atau sapi dewasa dapat melewati fase ini akan terjadi diare profus  dehidrasi
 Bentuk Enteritis Akut :
• Pada sapi dewasa
• Hewan lemah
• Suhu tubuh diatas normal (40oC-41oC)
• Diare cair  dehidrasi  kematian dalam 2-5 hari
• Napsu makan hilang, napsu minum masih ada
• Produksi turun
Diagnose :
Berdasarkan gejala klinis
Pemeriksaan laboratorium
Pengobatan :
• Antibiotika I.V / I.M 10 mg/kg BB
Pencegahan dan Pengendalian ;
• Sanitasi kandang, alat-2 dan lingkungan, hewan mati dikubur, alat-2 dibakar & dimusnahkan
• Vaksinasi induk atau pedet
• Rotasi padang penggembalaan
3. Septichemia Epizooticae (SE)
Penyebab :
Pasteurella multocida, infeksi melalui saluran pencernaan dan pernapasan dengan pembengkakan didaerah tekak sebagai tanda awal.
Sapi yang terserang berumur 6 – 18 bulan,terjadi pada akhir musim panas atau awal musim hujan.
Hewan yang sembuh dapat menjadi carrier,kasus muncul karena stress hewan carrier
Morbiditas 60%, mortalitas sampai 100%.
Gejala Klinis :
• Inkubasi 10 – 14 hari
• Depresi,lesu,malas bergerak
• Suhu tubuh diatas normal sampai 42oC
• Gangguan respirasi,terdengar suara ngorok
• Hipersalivasi
• Pembengkakan didaerah leher sampai dada bagian bawah
• Kematian 24 – 48 jam setelah gejala muncul
Diagnose :
Berdasarkan gejala klinis
Pemeriksaan laboratorium
Pengobatan :
• Antibiotika I.V / I.M 10 mg/kg BB
• Preparat sulfa (sulfadimidine)
Pencegahan dan Pengendalian ;
• Vaksinasi secara teratur setiap menjelang musim hujan
4. Anthrax (radang limpa)
Penyebab :
Bacillus anthracis, yang dapat membentuk spora bila berhubungan dengan udara dan tahan bertahun – tahun dalam tanah, penyakitnya bersifat sub akut dan akut juga zoonosis.
Gejala Klinis :
• Depresi,lesu,menggigil,malas bergerak.
• Suhu tubuh diatas normal sampai 42oC.
• Kematian 24 – 48 jam setelah gejala muncul.
• Hewan mati memperlihatkan leleran darah berwarna kehitaman seperti tir dari mulut,hidung, anus dan vulva.

Diagnose :
• Berdasarkan gejala klinis.
• Pemeriksaan laboratorium.

Pengobatan :
• Serum kebal .
• Antibiotika.

Pencegahan dan Pengendalian ;
• Vaksinasi secara teratur.
• Pengawasan ketat terhadap lalulintas ternak pada saat terjadi wabah atau penutupan wilayah dari lalulintas ternak.

5. Jembrana (Rama Dewa)
Penyebab :
Retrovirus, bersifat mudah terurai (fragil) diluar tubuh induk semang.
Khusus menyerang sapi bali, ditandai dengan demam tinggi, penularan oleh serangga.
Morbiditas 60%, mortalitas 10% tetapi case fatality rate mencapai 30%.

Gejala Klinis :
• Inkubasi 5 – 12 hari
• Depresi, napsu makan hilang.
• Suhu tubuh diatas normal sampai 42oC (demam) selama 5 – 7 hari yang diikuti diare yang kadang bercampur darah.
• Pembengkakan kelenjar limpe superficial : prescapularis, prefemoralis, parotidea.
• leleran encer dari hidung,hipersalivasi.
• lakrimasi dan konjungtivitis.
• blood sweating (keringat berdarah) akibat gigitan serangga penghisap darah pada punggung,pinggang,perut, kaki bagian bawah.

Diagnose :
• Berdasarkan gejala klinis
• Pemeriksaan laboratorium

Pengobatan :
• Antibiotika spectrum luas untuk menekan infeksi sekunder bakteri

Pencegahan dan Pengendalian ;
• Isolasi ternak sakit,penyemprotan terhadap serangga penghisap darah dengan insektisida
• Pengawasan ketat terhadap lalulintas ternak pada saat terjadi wabah atau penutupan wilayah dari lalulintas ternak

6. Bovine Ephemeral Fever (demam 3 hari)
Penyebab :
Rhabdovirus, bersifat menular , akut ditandai dengan kepincangan, ditularkan melalui vector lalat Culicoides spp dan nyamuk Culex spp.
Kejadian penyakit bersamaan dengan meningkatnya jumlah populasi vektor.
Morbiditas 40%, mortalitas rendah.
Gejala Klinis :
• Inkubasi 7 – 10 hari
• Depresi, lesu, napsu makan turun.
• Suhu tubuh diatas normal sampai 41oC (demam) selama 3 hari yang diikuti sembelit dan dilanjutkan diare.
• Pembengkakan persendian kaki disertai kekauan otot anggota gerak  pincang  jatuh / berbaring.
• Hewan akan sembuh dengan sendirinya setelah 5 – 7 hari munculnya gejala.
Diagnose :
• Berdasarkan gejala klinis
• Pemeriksaan laboratorium

Pengobatan :
• Antibiotika spectrum luas untuk menekan infeksi sekunder bakteri
• Ruboransia untuk meningkatkan kondisi tubuh.

Pencegahan dan Pengendalian ;
• Isolasi ternak sakit,penyemprotan terhadap serangga penghisap darah dengan insektisida.

7. Malignant Catarrhal Fever (ingusan)
Penyebab :
Yang berkaitan dengan wildebeest associated MCF ialah herpesvirus, sapi yang sembuh diduga menjadi carrier dengan penularan melalui serangga.
Yang berkaitan dengan domba (sheep associated MCF) belum diketahui, diduga sapi terinfeksi karena kontak dengan domba yang baru melahirkan, terutama menyerang sapi bali.
Penyakit menyerang sapi berumur lebih dari 2 tahun.
Bersifat sporadic, mordibitas rendah, mortalitas hampir 100%

Gejala Klinis :
• Inkubasi 2 -4 minggu atau sampai 10 bulan
Mempunyai 4 bentuk MCF, yaitu :
 Bentuk perakut : peradangan pada mukosa mulut dan hidung.

 Bentuk intestinal :
• Demam dengan suhu 41oC.
• Kongesti mukosa hidung dan mata.
• Leleran mukopurulen dari mata dan hidung.
• Pembengkakan kelenjar limfe superficial.
• Kadang terjadi diare.

 Bentuk ringan : gejala hampir tak teramati.
 Bentuk kepala dan mata :
• Demam dengan suhu 42oC
• Depresi, lesu, napsu makan hilang.
• Keluar leleran encer dari hidung yang berubah menjadi mukopurulen dan berbau busuk.
• Cermin hidung kering dan mukosanya mengalami erosi.
• Konjungtivitis dan keratitis.
• Mukosa mulut berwarna merah.
• Bagian bawah lidah, gusi, langit -2 dan bantalan gigi mengalami erosi atau tukak.
Diagnose :
• Berdasarkan gejala klinis
• Pemeriksaan laboratorium

Pengobatan :
• Tidak dapat diobati, hampir semua kasus MCF berakhir dengan kematian.
• Ruboransia untuk meningkatkan kondisi tubuh.

Pencegahan dan Pengendalian ;
• Isolasi ternak sakit
• Hindari pengandangan atau penggembalaan sapi bersama dengan domba terutama sapi bali.

8. Bovine Viral Diarrhea-Mucosal Disease /BVD-MD (diare ganas menahun)
Penyebab :
Pestivirus, sapi sangat peka terhadap BVD-MD yang berumur diatas 1 tahun yang seropositif BVD-MD mencapai 60%-80%
Penularan melalui : kontak langsung, kontak tak langsung melalui bahan tercemar,lewat plasenta. Ternak dengan virus BVD-MD persisten dapat menjadi sumber penularan utama.
Isolasi virus melalui : leleran hidung, saliva, semen, tinja, urine,air mata, susu.
Mordibitas rendah 5% , pada sapi berumur lebih dari 2 tahun mortalitas hampir 100%
Gejala Klinis :
Inkubasi 1 - 3 minggu
Demam, napsu makan turun, depresi
Diare berlendir, ada bercak darah, berbau busuk
Erosi pada selaput lendir hidung, lidah, bibir, gusi, bagian belakang maxilla.
Hipersalivasi, cermin hidung kering terbentuk kerak
Keluar leleran dari lubang hidung, mula mula encer berubah menjadi mukopurulen


a. Pada Sapi Tidak Bunting
Inkubasi 3 – 5 hari
Sedikit demam, napsu makan turun.
Tukak mulut dan diare sementara

b. Pada Sapi Bunting
Menular dari induk ke mudigah
Bila infeksi pada kebuntingan kurang dari 100 hari  janin tidak dapat membentuk reaksi kebal dan tidak ada pembentukan antibody  pedet lahir membawa virus secara abadi .
Bila infeksi pada kebuntingan 100 - 150 hari  abnormalitas congenital
Kematian mudigah dapat terjadi pada setiap tahapan kebuntingan, pada kebuntingan awal terjadi mumi atau membusuk, virus tidak dapat diisolasi
c. Pada sapi Terinfeksi Abadi
Pedet yang lahir selamat dan tetap terinfeksi akan mati dalam waktu 2 tahun, bila hidup akan melahirkan pedet yang terinfeksi abadi  kelainan congenital otak hipoplasi otak kecil  sempoyongan
Diagnose :
• Abnormalitas kelahiran atau keguguran yang tidak diketahui sebabnya
• Pemeriksaan laboratorium

Pengobatan :
• Antibiotika spectrum luas.
• Vitamin dan elektrolit untuk mengganti cairan tubuh.

Pencegahan dan Pengendalian ;
• Isolasi ternak sakit
• Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan

BIOSECURITY

Pengertian:
Strategi dan tindakan secara terintegrasi meliputi kebijakan dan kerangka kerja yang menganalisa dan mengendalikan segala akibat yang merugikan pada sector :
 Keamanan pangan
 Kesehatan dan kehidupan hewan
 Kesehatan dan kehidupan tumbuhan termasuk lingkungan
Biosecurity merupakan konsep yang menyeluruh dan secara langsung mendukung bidang pertanian, keamanan pangan dan perlindungan terhadap lingkungan
Juga meliputi perlindungan terhadap bahaya pada gangguan yang menyebabkan kerusakan tumbuhan, gangguan dan penyakit hewan serta zoonosis

Organisasi Pangan Dunia (FAO) :
Kelompok Kerja :
 Menyediakan layanan advis dan berkoordinasi dengan seluruh organisasi yang bergerak dibidang keamanan pangan
 Memberi informasi tentang bioteknologi dan layanan bahan keamanan pangan dan pertanian termasuk perikanan dan kehutanan

Farm Biosecurity

• Resiko timbulnya penyakit selalu ada
• Program direncanakan untuk meminimalisir kontak antar hewan, hewan dengan manusia atau objek lainnya yang bertindak sebagai carrier penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan parasit
• Harus disertai dengan manajemen yang baik serta komitmen yang kuat

Tindakan umum yang dilakukan dalam program biosecurity ialah :
1. Mengawasi keluar masuknya hewan
2. Mencegah kontak dengan hewan atau hewan liar
3. Secara rutin membersihkan dan mendesinfektan sepatu, pakaian dan peralatan yang dipakai ketika menangani hewan
4. Mencatat pengunjung, hewan, peralatan yang masuk dan keluar

Tindakan :
Membeli hewan,pakan dan bahan lain dari supplier yang benar
Memisahkan hewan yang baru datang
Memberi tanda semua hewan untuk memudahkan pengawasan
Vaksinasi secara teratur untuk penyakit tertentu
Beri tanda hewan yang sakit dan melaporkan setiap hewan yang sakit atau yang dicurigai sakit kepada petugas

Biosecurity Pembibitan Sapi

1. Kesehatan hewan (sapi) sebagai syarat mutlak
2. Sapi bibit & penghasil bibit bebas dari penyakit hewan menular strategis & penyakit infeksi
3. Terhindar dari penyakit organic & metabolic

Pelaksana Biosecurity :
1. Dokter Hewan
2. Fungsional Paramedis & Reproduksi
3. Manajer Kandang
4. Manajer Pakan

Komponen Utama Biosecurity :
1. Isolasi
2. Pengaturan keluar masuknya hewan (traffic control)
3. Sanitasi

1.Isolasi
Tindakan untuk mencegah kontak dengan hewan-2 dalam area pembibitan -> penolakan penyakit :
1. Karantina sapi baru masuk
2. Isolasi sapi sakit pada kandang isolasi -> obati -> meminimalis perpindahan bakteri penyebab penyakit
3. Pemisahan kelompok :
Sapi dara
Dara bunting
Sapi siap partus
Sapi laktasi
Sapi induk kosong
4. Fasilitas perkandangan, desinfeksi & antisepsi secara rutin
5. Evaluasi tindakan isolasi untuk penolakan penyakit infeksi menular pada kelompok baru masuk

2. Pengaturan keluar masuknya hewan (traffic control)
• Perhatikan keluar masuknya hewan dan perpindahan hewan sesuai umur
• Pergerakan ternak & manusia
• Adanya hewan lain : anjing, kucing, unggas dll
• Biologi & ekologi organism penyebab infeksi
• Kebersihan / pembersihan area sebelum sapi -2 masuk
• Perhatikan penyebab kontaminasi pada sapi, pakan, peralatan termasuk kendaraan pengangkut pakan dan hewan

• Desinfeksi kendaraan & peralatan untuk mengangkut hewan sakit atau mati
• Sanitasi & antisepsi petugas medis / paramedis
• Tempat pembuangan & pembakaran sapi mati harus terpisah dari area pembibitan

3. Sanitasi
 Desinfeksi barang, manusia, peralatan yang masuk dan didalam area pembibitan
 Kebersihan manusia dan alat-2 di area pembibitan
 Penyingkiran kotoran organic (feses, darah, saliva, urin) dari hewan sakit atau mati
 Peralatan disimpan dalam keadaan bersih ditempat yang kering dan bersih
 Tidak diperkenankan menyimpan peralatan pada tempat yang berisi desinfektan

Good Management Practices (GMP) Biosecurity
• Memenuhi persyaratan penjaminan mutu GMP
• Pemahaman prinsip lebih menguntungkan mencegah daripada memperbaiki masalah
• Kesepakatan melakukan sesuatu yang benar pada awal pekerjaan merupakan tindakan pencegahan bagian kritis (CCP) biosecurity
• Data harus mudah dilacak dan divalidasi

GMP untuk pencegahan penyakit menular :
Susun rencana biosecrity dan dipastikan implementasinya
Cegah masuknya pathogen ke area pembibitan
GMP untuk sanitasi :
Upaya untuk mencegah kontaminasi manur pada pakan atau peralatan yang dipakai secara oral
Upaya untuk mencegah kontaminasi silang antara ternak sehat dengan ternak sakit atau mati
Evaluasi aktivitas rutin area pembibitan untuk mendapatkan indikasi sapi yang trinfeksi
GMP untuk peralatan :
 Gunakan secara terpisah peralatan pakan & pembersih kandang atau bersihkan bila digunakan lagi
 Jangan meninggalkan alat pembersih kotoran dalam kandang kelompok ternak lain
 Bersihkan kendaraan & peralatan yang tercemar sebelum dipergunakan pada kelompok sapi yang sehat
 Bersihkan & desinfeksi secara rutin peralatan pakan dan peralatan handling sapi
 Bersihkan & desinfeksi secara rutin peralatan medis ternak
GMP untuk pencegahan penyakit :
Disediakan tempat untuk restrain, pengobatan & isolasi ternak yang sakit
Pencegahan kontaminasi silang antara air, manur, pakan atau peralatan antara kelompok ternak
Perencanaan jumlah ternak, distribusi usia, keluar masuknya ternak untuk mengurangi resiko penyakit
Prioritas penanganan status kesehatan seluruh ternak
Setiap personil wajib menerapkan praktek sanitasi dengan ketat
Dilakukan bedah bangkai pada setiap kematian ternak
Sapi yang abortus diambil darahnya sebagai sampel
Setiap pengunjung wajib mematuhi tindakan sanitasi dengan ketat
Bersihkan kendaraan & peralatan tercemar sebelum dipakai pada kelompok hewan sehat
GMP untuk pencegahan penyakit infeksi masuk ke area pembibitan:
• Mengetahui riwayat kesehatan sejak dari tempat pembelian
• Mengetahui status kesehatan yang dibawa ke area pembibitan
• Jangan pernah membawa masuk hewan tanpa diketahui riwayat vaksinasi
• Jangan membeli, meminjam atau menyewa pejantan dari farm lain
• Beli sapi hanya dari farm yang bebas Johne’s disease (bersertifikasi)
• Batasi pembelian sapi dara kosong & pejantan perjaka
• Karantina sapi baru selama 21 – 30 hari
• Angkut ternak dengan kendaraan yang bersih
• Buat program pengendalian hewan penyebab penyebar penyakit (tikus dll)
• Ternak yang mati segera disingkirkan dari area
• Batasi pengunjung di kandang sapi, tempat pencampuran pakan, klinik hewan

GMP untuk manajemen pedet :
Dibuat rencana vaksinasi dan control parasit
Sapi pengganti ditempatkan terpisah dari sapi lain minimal 6 bulan
Tempat ternak bersih dan terdesinfeksi
Semua pedet berasal dari induk yang sudah teruji bebas penyakit infeksi
Semua kolostrum untuk pedet berasal dari sapi yang telah diuji bebas dari penyakit infeksi
Semua pedet mempunyai nomor identifikasi

GMP untuk pencegahan Johne’s disease :
• Memahami bagaimana johne’s disease dapat menyerang ternak dan bagaimana cara penyebarannya
• Seluruh kelompok diskrining dengan uji ELISA antibody
• Seluruh kelompok diuji dengan biakan feses
• Bila uji serologis positif, hewan diafkir
• Sapi dara pengganti diuji sebelum masuk kedalam kelompok
• Pedet dari induk seropositif diafkir

GMP untuk pencegahan Bovine Leukosis :
• Jangan gunakan jarum suntik, sarung tangan pplastik lebih dari satu kali
• Sapi penghasil kolostrum untuk pedet harus diuji terhadap bovine leukosis
• Sapi yang baru dibeli harus sudah diuji di karantina

GMP untuk pencegahan Bovine Viral Diarrhea :
• Pemahaman terhadap “persistenly infected /PI” BVD
• Hindari adanya pedet PI dalam kelompok ternak
• Hindari adanya pedet PI sebagai calon dara pengganti
• Skrining BVD dan penyingkiran dari keolompok
• Vaksinasi

GMP untuk pencegahan Salmonella :
Pemahaman terhadap salmonella dapat menular ke manusia
Isolasi sapi sakit dalam kandang karantina untuk mencegah kontaminasi silang
Bersihkan semua peralatan yang digunakan pada hewan sakit

Kandang beranak, kandang pedet selalu kering, bersih dan didesinfeksi
Uji paka penguat terhadap salmonella
Cegah burung, kucing, rodensia, anjing ke akses pakan dan air minum ternak
Batasi kendaraan pengangkut dalam area pakan, area ternak

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan :
Untuk dapat melaksanakan kegiatan pengendalian penyakit pada usaha budidaya sapi potong perlu diperhatikan :
 Pola pakan
 Kebersihan kandang
 Kebersihan alat
 Kebersihan lingkungan
 Program Kesehatan Kelompok Ternak (PKKT)
 Biosecurity

B. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Setelah mempelajari paket pembelajaran ini peserta pelatihan pembibitan sapi potong dapat melakukan identifikasi penyakit pada sapi potong serta cara - cara pengobatan, pencegahan dan penanggulangannya dilapangan dengan baik bagi kelompok tani / ternak tempat penyuluhannya .


Tips Sehat Alami


0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Total Tayangan Halaman

Copyrights  © edna disnak 2012 and introducing Panasonic S30

Back to TOP