Rabu, 26 Januari 2011

Limbah VCO Alternatif Pakan Ruminansia


VCO (Virgin coconut oil) saat ini memang sedang dalam masa keemasan. Banyak orang mulai membuat dan memproduksi VCO, seperti rekan kami yang mengemas produk berlabel Lisah Kalapa.

Salah satu by-product (limbah) dari produksi VCO ini adalah bungkil atau ampas kelapa. Daging kelapa yang dalam pembuatan VCO hanya diambil santan-nya saja tersebut terkadang hanya dibuang begitu saja. Padahal berat daging kelapa yang adalah sekitar 34% - 42% dari keseluruhan buah kelapa (Hutagalung, 1981) itu masih mengandung nutrisi yang berguna bagi ternak, khususnya hewan ruminansia besar. Daging buah kelapa mengandung 18% protein kasar, 8% lemak, 12% serat kasar dan sekitar 6,3 - 7 KJg energi yang dapat di metabolis (Hutagalung, 1981).
Beberapa penelitian dan fakta dari literatur yang penulis baca juga mengungkapkan hal tersebut (FAO, 1995).
Belum lagi literatur lain yang menunjukkan bahwa pemberian lemak dalam tingkat tertentu memperlihatkan hasil yang positif dari sisi reproduksi dan kesuburan ternak.


Beberapa fakta lapangan di Cijayana, Garut selatan (tempat Lisah Kalapa diproduksi) juga meng-aminkan hal tersebut. Sapi sapi pedaging dari jenis lokal dan PO (Peranakan Ongole) yang diberi ampas kelapa dan kanil hasil produksi VCO memperlihatkan hasil yang positif dari sisi reproduksi.

Berkaitan dengan hal tersebut penulis ingin mencobakan hal yang sama pada sapi perah di Manglayang Farm. Setelah berburu kesana kemari (di Bandung ternyata agak sulit mendapatkan ampas kelapa), akhirnya kami berhasil mendapatkan ampas ini dari produsen VCO di salah satu universitas terkenal di Bandung.

Sejauh ini (percobaan baru berlangsung 1 minggu) pemberian ampas kelapa ternyata memberikan beberapa fakta awal yang menarik.

Percobaan pada sapi perah Fresian Holstein yang produktif pada konsentrasi ampas kelapa 1 - 2 kg / hari belum berpengaruh signifikan terhadap kuantitas produksi susu. Jumlah produksi sampai saat ini masih relatif stabil.
Namun mayoritas sapi memperlihatkan respon yang sama, makan cukup lahap pada saat pemberian pertama kali, tetapi besoknya cenderung malas makan, bahkan ketika diberi rumput pun jadi ogah ogahan. Kondisi ini berlangsung sekitar 2 - 3 hari. Kami rasa hal ini disebabkan feeding stress, perut ternak kaget dengan perubahan pakan yang drastis. Apalagi hal ini dibarengi dengan kondisi ketersediaan pakan konsentrat dan ampas tahu (yang biasa diberikan pada ternak) yang pada saat percobaan dimulai tidak tersedia seperti biasa.

Beberapa fakta dan literatur juga menunjukkan bahwa volume dan kualitas pakan yang diberikan pada sapi perah Fresian Holstein sebaiknya stabil dan jangan dilakukan perubahan yang mendadak. Hal tersebut terjadi karena ternak mengkonsumsi terlalu banyak zat tepung atau gula dalam bentuk karbohidrat sehingga rumen menjadi asam, penyakit ini disebut acidosis.

Namun ada satu kasus pada sapi dara bunting yang jadi tidak mau makan sama sekali (acidosis akut) setelah diberikan ampas kelapa. Berbagai cara sudah dicoba untuk merayu sapi ini agar mau makan, sampai akhirnya pada pagi hari ini terpaksa diberikan treatment pengobatan larutan preparat calcium dan multi vitamin karena ternak bersangkutan menunjukkan kondisi yang semakin parah, bahkan sampai lumpuh dan tidak bisa bangun. Wow.
Sore tadi kondisinya masih juga belum membaik, bahkan semakin buruk dengan terdeteksinya kembung (bloat) di rumen sebelah kiri yang memaksa kami untuk memberikan lagi tambahan obat anti kembung dan mempersiapkan trokar untuk mengeluarkan gas di dalam rumen secara paksa apabila obat tidak berhasil. Wah seru juga nih :) .

Jadi pelajaran yang dapat kami ambil dari peristiwa ini adalah, jangan merubah menu pakan ternak dengan mendadak, baik volume maupun jenisnya. Perubahan menu harus dilakukan secara gradual, apalagi bila ternak belum terbiasa dengan menu makanan baru dan dalam kondisi yang kurang sehat.


Tips Sehat Alami


0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Total Tayangan Halaman

Copyrights  © edna disnak 2012 and introducing Panasonic S30

Back to TOP